Pada kenyataannya Bambang Pamungkas saat ini bermain di Persija Jakarta yang berlaga di Liga Super Indonesia, artinya Bambang Pamungkas bermain di dalam sebuah liga yang tidak resmi, tidak di bawah PSSI dan juga tidak diakui oleh FIFA. Apakah gerangan yang terjadi..?? Apakah Bambang Pamungkas lupa dengan apa yang pernah dia sampaikan ketika itu....?? Atau Bambang Pamungkas berpura-pura lupa..??
Oleh karena itu menarik untuk kita simak, apa yang akan Bambang Pamungkas sampaikan dalam penjelasan di bawah ini..
Teluk Kuantan, Riau : 14 Januari 2012..
Ini adalah untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di kota bernama Kuantan Singingi atau biasa disingkat Kuansing di propinsi Riau, udara di kota ini boleh dikatakan panas dan cukup menyengat. Melihat dari penampakan struktur bangunan-bangunan di kota ini, nampak sekali jika kota ini tengah dalam proses menuju sebuah kota mandiri. Banyak sekali bangunan-bangunan baru yang arsitekturnya cukup futureristik di kota ini, seperti gelanggang-gelanggang olah raga, sekolah-sekolah, tempat ibadah dan juga beberapa gedung-gedung pemerintahan..
Akan tetapi ada satu hal yang cukup mengusik hati saya di kota ini, yaitu bangunan stadion sepakbola di Kuansing Sports Center. Hal yang aneh dari bangunan ini adalah, mengapa lampu penerangan di stadion Kuansing ini tingginya berada tepat di bawah atap tribune utama alias tidak begitu tinggi. Saya tidak bisa membayangkan jika misalnya sebuah pertandingan sepakbola dilaksanakan di malam hari di stadion ini, saya yakin jika sinar dari lampu penerang stadion tersebut akan banyak mengganggu jalannya pertandingan..
Sehari menjelang pertandingan biasanya saya akan banyak mengurung diri di dalam kamar. Kegiatan kami di hari ini hanyalah ujicoba lapangan dipagi hari. Menikmati wisata kuliner di siang harinya adalah salah satu menu wajib kami saat menjalani tour seperti ini, akan tetapi mengingat saya beserta rekan-rekan Persija Jakarta yang lain tidak mengetahui apa kira-kira menu dan tempat favorit yang harus di tuju, maka kamipun memilih untuk berdiam diri di kamar masing-masing. Baru di sore harinya kami bergerak mencicipi sop daging rusa yang cukup khas di kota ini, setelah mendapat rekomendasi dari salah seorang pemain PSPS Pekanbaru yang juga pernah membela Persija Jakarta..
Kembali ke pembahasan utama kita, yaitu mengenai mengapa saya memilih bermain di Liga Super Indonesia dan bukan di Liga Premier Indonesia. Hal tersebut juga sangat erat kaitannya dengan kebijakan PSSI sendiri yang dalam hal ini menentukan mana Persija Jakarta yang sah di mata PSSI. Seperti apa yang saya sampaikan dalam artikel (Seandainya , Oh Seandainya - Januari 2012) bahwa pembahasan saya di tulisan tersebut, sedikit banyak memberikan petunjuk mengapa saya memilih jalan berseberangan dengan PSSI..
Hal tersebut bukan karena saya tidak menghormati institusi PSSI beserta orang-orang di dalamnya. Akan tetapi lebih kepada keyakinan saya, dalam hal ini mengenai mana yang benar dan mana yang salah menurut hati dan nurani saya. Dibawah ini akan coba saya jabarkan maksud dari kata kebenaran menurut hati dan nurani saya..
Salah satu hal yang memicu kontroversi publik dalam pembentukan Liga Premier Indonesia adalah naik nya PSMS Medan ke kasta tertinggi kompetisi di Indonesia sebagai tim undangan, yang dinilai berdasarkan sejarah dan sumbangsih PSMS Medan kepada perkembangan persepakbolaan Indonesia di masa lampau. Membahas mengenai sumbangsih dan sejarah, maka hal tersebut menjadi sangat menarik untuk dibahas..
Jika kita membahas mengenai kebijakan PSSI mengenai PSMS Medan, saya jadi tertarik untuk membahas tim yang saya bela sendiri, yaitu Persija Jakarta yang oleh PSSI tidak di akui keberadaannya. Jika kita menengok ke belakang, catatan sejarah mengatakan jika Persija Jakarta juga bukanlah tim sembarangan, sumbangsih tim ini kepada tim nasional khususnya dan juga kepada dunia persepakbolaan Indonesia pada umumnya tentu juga tidak perlu lagi dipertanyakan..
"Mengoleksi 10 gelar juara liga Indonesia dan menjadi salah satu dari 2 tim yang belum pernah terdegradasi sejak berdirinya klub ini pada tahun 1928, jelas sebuah prestasi yang tidak dapat dipandang sebelah mata".
Dari tahun ke tahun Persija Jakarta juga rajin menyumbangkan para pemainnya ke tubuh tim nasional Indonesia. Saya pernah mendengar sebuah cerita dari salah satu pemain legendaris Indonesia di era 70/80an. Beliau berkata, "Zaman Om dulu kalo pemain tim nasional itu ada 24 orang, maka minimal setengahnya adalah pemain Persija Jakarta"..
Siapa yang tidak mengenal nama-nama seperti Sucipto Suntoro, Maulwi Saelan, Yudho Hadiyanto, Roni Paslah, Soedarno, Oyong Lisa, Sutan Harhara, Iim Ibrahim, Simson Rumahpasal, Johanes Auri, Sueb Rizal, Junaidi Abdillah, Sofyan Hadi, Anjas Asmara, Andi Lala, Iswadi Idris, Risdiyanto, Taufik Saleh, Marzuki Nyakmad, Adji Ridwanmas, Ashari Rangkuti, Patar Tambunan, Isman Jasulmei, Rahmad Darmawan dan Kamarudin Betay..
Belum lagi di era pertengahan 90an hingga sekarang, ada Rocky Putirai, Widodo C Putro, Miro Baldo Bento, I Komang Putra, Nur Alim, Warsidi, Budiman, Ritham Madubun, Aples Tecuari, Anang Ma'ruf, I Putu Gede, Charis Yulianto, Syamsul Chairudin, Budhi Sudarsono, Hamka Hamzah, Mohammad Roby, Gendut Doni, Ellie Aiboy, Ismed Sofyan, Firman Utina, Hendro Kartiko, Ponaryo Astaman, Aliyudin, Agus Indra kurniawan, Tony sucipto, Muhammad Ilham, Hasim Kipaw, Johan Juansyah, Rhamdani Lestaluhu, Andritany Ardhiyasa dan tentunya juga Bambang Pamungkas..
Dalam hal ini saya tidak sedang meragukan sejarah kebesaran yang telah di torehkan oleh PSMS Medan, akan tetapi jika PSSI dapat memperlakukan PSMS dengan begitu istimewa, mengapa PSSI tega memperlakukan Persija Jakarta dengan sedemikian tidak adilnya. Karena jika dilihat dari segi prestasi dan sejarah panjangnya, saya yakin jika Persija Jakarta tidak kalah mentereng dari apa yang telah dicatatkan PSMS Medan, jikalau pun tidak boleh dikatakan lebih baik. Jadi dilihat dari dari sisi manapun PSSI tidak sepantasnya mengacak-acak tim kebanggan kami seperti ini..
"Persija Jakarta yang asli itu tidak harus ada Bambang Pamungkas-nya, tidak harus ada Ismed Sofyan-nya, tidak juga harus ada Bang Mansyur-nya (Perlengkapan kami yang sudah kurang lebih 17 th melayani pemain Perija Jakarta). Akan tetapi Persija yang asli itu yang memiliki puluhan ribu pendukung setia bernama The Jakmania, pendukung militan Persija Jakarta yang selalu mendampingi kemanapun tim Macan Kemayoran berlaga. Itulah tim Persija Jakarta yang sebenarnya"..
Jika anda sekalian masih ragu dan sangsi dengan Persija Jakarta yang sebenarnya, maka bertanyalah kepada Bis Persija Jakarta yang berwarna orange dan bergambar macan itu. Bis yang catnya sudah mulai memudar, mengelupas serta berkarat itu akan bercerita secara detail siapa-siapa saja pemain, pelatih serta pengurus yang pernah berbaju Persija Jakarta selama 15 tahun terakhir.
Saya yakin jika bis tersebut juga akan bercerita sambil tersenyum, ketika mengingat saat-saat kami meraih gelar dan berpawai bersama puluhan ribu Jakmania mengelilingi ibukota Jakarta pada musim 2000/2001. Sebuah gelar yang pada akhirnya di simbolkan dengan satu buah bintang berwarna emas di atas lambang klub kebanggan kota Jakarta tersebut..
Oleh karena itu, akan menjadi sebuah hal yang aneh dan menjengkelkan ketika saat ini ada sebuah tim lain yang menggunakan nama kami, warna ciri khas kami dan juga lambang kebesaran kami lengkap dengan satu bintang diatasnya. Mereka mungkin dapat saja membohongi publik dengan segala tipu muslihat dan pemutar balikan fakta, akan tetapi mereka tidak akan pernah dapat membohongi pendukung setia kami The Jakmania, yang akan selalu mengerti mana Persija Jakarta yang sebenarnya..
"Mereka boleh saja merampas nama kami, warna kami dan juga emblem kebesaran kami. Akan tetapi satu hal yang harus mereka ingat, semangat dan sejarah panjang Macan Kemayoran itu akan tetap berada disini di dalam hati dan sanubari kami sampai kapanpun"..
Jadi mengapa saya memilih bermain di ISL bukan di IPL..?? Jawabannya lebih pada ketidak relaan saya melihat sebuah tim yang telah saya bela selama satu dekade dan juga telah membesarkan nama saya, diperlakukan dengan semena-mena oleh PSSI. Bukan karena saya tidak menghormati institusi PSSI beserta semua orang yang berada di dalamnya, Sekali lagi "Bukan karena itu..!!"
Bambang Pamungkas bisa saja hijrah ke klub lain, cepat atau lambat saya pasti tidak akan menjadi bagian dari tim ini lagi, akan tetapi tidak di saat-saat seperti ini. Tidak disaat tim kebanggan saya dalam keadaan yang sekarat dan limbung sehingga membutuhkan dukungan moral untuk bangkit melawan segala ketidak adilan yang menimpa tim ini, sekali lagi "Tidak Disaat-saat Seperti Ini..!!!"
Bagi semua orang yang merasa memiliki dan mencintai Persija Jakarta sepenuh hati, dimanapun anda sekalian berada. Ijinkanlah saya untuk mengutip sebuah quote dari seorang penyair India bernama "Rabindranath Tagore" yang berbunyi seperti di bawah ini:
"Cloud come floating in to our life, No longer to carry rain or usher storm, but to add colour to our sunset sky"..
Percayalah bahwa segala permasalah yang menyelimuti kita selama ini, tidak akan pernah mampu membuat kita tercerai-berai. Akan tetapi sebaliknya, segala permasalan tersebut akan membuat kebersamaan kita semakin erat, semakin kuat, semakin bersatu-padu untuk terus menjaga tradisi dan nama besar Macan Kemayoran Persija Jakarta yang kita sama-sama cintai..
"The task will be hard, there maybe dark days ahead and perhaps can be one of the most fateful in our (Persija Jakarta) history. I hope everyone of us can stand calm, firm and united in this time of trial. We only do the right as we see the right and with God's help we shall prevail"..
Akhir sekali:
Saya Bambang Pamungkas. Bermain menggunakan nomer punggung 20 sejak tahun 1999 bersama Persija Jakarta. Saya pernah patah kaki menggunakan seragam orange kebesaran kami tersebut. Persija Jakarta yang diakui PSSI saat ini bukanlah Persija Jakarta yang saya kenal selama ini.Saya yakin dalam lubuk hati yang paling dalam, semua orang akan mengerti:
"Mana Persija Jakarta dan mana itu Jakarta FC..
"Satu Bintang Itu Milik Kami, Bukan Milik Kalian"
Selesai..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar